Organisasi merupakan kumpulan orang
yang bekerja sama dan memiliki satu tujuan yang ingin dicapai. Oleh karena itu,
jika kita berbicara mengenai sebuah organisasi, maka kita tidak terlepas dari
peranan akan visi dan misi.
Oleh karena itu, tanpa visi dan
misi, sebuah organisasi bagaikan berjalan tanpa tujuan yang jelas. Tanpa
visi dan misi yang kuat akan menyebabkan organisasi tersebut berada dalam
keadaan yang tidak terkontrol dan tidak terarah.
Nanus (1992) mengatakan “ A
vision in realistic, credible, attrative future for yor organization” Visi
senantiasa berurusan dengan masa depan yang lebih dikehendaki oleh organisasi.
Didalam visi mengandung arti pandangan/wawasan tentang jati diri yang
berorientasi ke depan. Visi merupakan pedoman yang merupakan gambaran masa yang
akan datang guna mencapai tujuan.
Misi merupakan
kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk melaksanakan visi yang telah disepakati.
Gultom (1995), mengatakan misi merupakan tugas atau kewajiban yang harus
dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Oleh karena itu, Nanus (1992), mengatakan
dalam mewujudkan visi sebuah organisasi memerlukan seorang pemimpin yang
berindak sebagai juru bicara dan Change agent bagi visi tersebut. Oleh
karena itu seorang pemimpin harus mempunyai Visionary Leadership
di tengah masyarakat dan daerahnya. Dalam mewujudkan visionary
leadaeship Ihalauw (1998) mengatakan ada tiga syarat yang harus dimiliki
oleh seorang pemimpin yaitu : 1). Mengkomunikasikan visinya agar menjadi milik
semua anggota dari organisasi. 2). Membangun jejaring baik didalam maupun
diluar organisasi dalam rangka menumbuhkan rasa percaya dan konsensus terhadap
visi tersebut. 3). Mempersonafikasikan visi dengan jalan membuat semua indakan
dan perilaku konsisten dengan visi tersebut. Dengan visi dan misi yang kuat
serta terarah menyebabkan organisasi tersebut dapat melakukan perencanaan
secara sistematis dan terpadu guna membangun kinerja yang lebih baik dan dapat
terarah..
Pengantar
Ketika berbicara tentang strategi atau tujuan jangka panjang perusahaan, lebih umum orang mengaitkannya dengan visi dan misi organisasi. Perbedaan visi dan misi biasanya dijelaskan dengan perbedaan kata “Apa” (untuk visi) dan “Mengapa” (untuk misi). Visi adalah jawaban atas pertanyaan “Apa yang ingin kita capai?” Sedangkan Misi menjawab pertanyaan “Mengapa kita ada dalam bisnis ini?” Misi menjelaskan alasan keberadaan organisasi. Dua hal inilah yang lazimnya dikaitkan bila orang berbicara tentang tujuan organisasi.
Ketika berbicara tentang strategi atau tujuan jangka panjang perusahaan, lebih umum orang mengaitkannya dengan visi dan misi organisasi. Perbedaan visi dan misi biasanya dijelaskan dengan perbedaan kata “Apa” (untuk visi) dan “Mengapa” (untuk misi). Visi adalah jawaban atas pertanyaan “Apa yang ingin kita capai?” Sedangkan Misi menjawab pertanyaan “Mengapa kita ada dalam bisnis ini?” Misi menjelaskan alasan keberadaan organisasi. Dua hal inilah yang lazimnya dikaitkan bila orang berbicara tentang tujuan organisasi.
Di samping common sense visi
dan misi, James C. Collins dan Jerry I. Porras
mengangkat gagasan spektakuler tentang pentingnya suatu tujuan yang disebutnya Big Hairy Audacious
Goal (BHAG). Berbeda dari visi dan misi, BHAG (baca:
bihej) belum banyak dikenal. Jika dipahami latar belakang pemikirannya, BHAG
justru lebih sesuai untuk dijadikan tujuan jangka panjang perusahaan. Ide ini
disampaikan oleh Collin dan Porras dalam karya bestseller internasional
yang fenomenal: Built to Last: Successful Habits of Visionary Companies.
Buku ini menduduki Bestseller List di Business Week
selama lebih dari delapan belas bulan.
Tidak sedikit orang bertanya-tanya: “Ngapain juga repot dengan rumusan tujuan?” Dan masih ada sekelompok orang yang menganggap rumusan strategi atau tujuan hanyalah formal statement yang selayaknya ada untuk menghiasi dinding kantor karena begitulah tradisi yang berlaku. Mereka berpikir bahwa lebih baik waktu diarahkan untuk memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk memajukan bisnis perusahaan. Dua pola pikir ini menjelaskan perbedaan antara jalan pikiran seorang saintis dan filsuf. Sains mencari sebab-sebab terdekat (causa proxima), sementara filsafat mencari sebab-sebab terdalam (causa ultima).
Tidak sedikit orang bertanya-tanya: “Ngapain juga repot dengan rumusan tujuan?” Dan masih ada sekelompok orang yang menganggap rumusan strategi atau tujuan hanyalah formal statement yang selayaknya ada untuk menghiasi dinding kantor karena begitulah tradisi yang berlaku. Mereka berpikir bahwa lebih baik waktu diarahkan untuk memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk memajukan bisnis perusahaan. Dua pola pikir ini menjelaskan perbedaan antara jalan pikiran seorang saintis dan filsuf. Sains mencari sebab-sebab terdekat (causa proxima), sementara filsafat mencari sebab-sebab terdalam (causa ultima).
Tulisan kecil ini mau menegaskan
betapa pentingnya awareness atas strategi dan tujuan organisasi yang
jelas dan terpilah. Mungkin lebih merupakan resensi atas buku Built to Last,
karena sebagian besar gagasan diambil dari sana; buku yang membuat saya terus
manggut-manggut ketika membacanya. Berikut akan diuraikan selayang pandang
hal-ikhwal visi, misi, dan BHAG. Dengan paparan ketiga hal, kiranya
menjadi jelas apa yang dimaksudkan dengan tujuan jangka panjang suatu
perusahaan (organisasi).
Visi (Vision)
Terminologi “visi” amat problematis karena tidak ada definisi yang disepakati bersama. Collin-Porras lama bergelut dengan istilah “visi”. Bagi mereka, tidak jelas apakah “visi” betul-betul ada. Jika ada, apakah visi itu sebetulnya? Darimana asalnya? Bagaimana organisasi dapat melakukan hal-hal yang visioner? Sejumlah kalangan menganggap visi sebagai bola Kristal yang menggambarkan pasar di masa depan. Yang lain melihatnya berada dalam kerangka teknologi atau visi produk (misalnya Macintosh). Sebagian yang lain (lagi) masih mengaitkan visi dengan nilai, maksud, misi, tujuan, dan citra dari suatu tempat kerja yang ideal. Terkecuali kita sengaja “memaksakan” pemahaman “visi..ya…visi (titik)”, penggalian makna visi sebetulnya lebih membingungkan daripada mendatangkan pencerahan.
Terminologi “visi” amat problematis karena tidak ada definisi yang disepakati bersama. Collin-Porras lama bergelut dengan istilah “visi”. Bagi mereka, tidak jelas apakah “visi” betul-betul ada. Jika ada, apakah visi itu sebetulnya? Darimana asalnya? Bagaimana organisasi dapat melakukan hal-hal yang visioner? Sejumlah kalangan menganggap visi sebagai bola Kristal yang menggambarkan pasar di masa depan. Yang lain melihatnya berada dalam kerangka teknologi atau visi produk (misalnya Macintosh). Sebagian yang lain (lagi) masih mengaitkan visi dengan nilai, maksud, misi, tujuan, dan citra dari suatu tempat kerja yang ideal. Terkecuali kita sengaja “memaksakan” pemahaman “visi..ya…visi (titik)”, penggalian makna visi sebetulnya lebih membingungkan daripada mendatangkan pencerahan.
Benar bahwa tidak sedikit pakar
telah berbicara mengenai “visi”. Burt Nanus dalam bukunya Visionary Leadership,
melihat “visi” terdiri dari sedikit pandangan ke depan, sedikit pemahaman
mendalam, banyak imajinasi dan penentuan. “Visi” adalah sebuah cita-cita besar
yang diyakini bersama. Pengertian “diyakini bersama” mendapat tekanan karena
seberapa pun bagusnya suatu visi, tidak akan berarti sama sekali jika hanya
terbenam dalam benak pemimpin saja, tanpa dikomunikasikan kepada anggota
organisasi. Agaknya “visi” lebih merupakan suatu impian yang hendak dicapai di
masa mendatang. Karena masih dalam bentuk impian, gambarannya masih kurang
jelas, tapi punya suatu arah tempuh yang kelihatan. Mungkin problematika ini
ikut menyebabkan orang kurang menaruh minat serius pada hal satu ini.
Misi (Mission)
Seperti telah dikatakan di atas, “misi” adalah alasan mengapa kita ada; the ground of being dari suatu organisasi. Berbeda dari “visi” yang merupakan impian tentang apa yang mau dicapai ke depan, “misi” mempertanyakan untuk apa suatu organisasi ber-ada; apa peranannya di dunia. Topik ini penting sekali. Dalam beberapa dekade terakhir ini tampak bahwa hal ini telah menyita banyak waktu dan dana banyak perusahaan untuk merancang berbagai visi, misi, nilai, aspirasi dan sebagainya. Telah menjadi trend bagi banyak perusahaan untuk secara formal merumuskan vision statement maupun mission statement-nya. Sayangnya, banyak perusahaan memiliki mission statement, tapi tidak mempunyai a sense of mission. Lagi-lagi pernyataan formal itu hanya tinggal propaganda. Mission yang didukung oleh a sense of mission akan menimbulkan sense tentang arah yang menjadi pedoman bagi perilaku karyawan.
Seperti telah dikatakan di atas, “misi” adalah alasan mengapa kita ada; the ground of being dari suatu organisasi. Berbeda dari “visi” yang merupakan impian tentang apa yang mau dicapai ke depan, “misi” mempertanyakan untuk apa suatu organisasi ber-ada; apa peranannya di dunia. Topik ini penting sekali. Dalam beberapa dekade terakhir ini tampak bahwa hal ini telah menyita banyak waktu dan dana banyak perusahaan untuk merancang berbagai visi, misi, nilai, aspirasi dan sebagainya. Telah menjadi trend bagi banyak perusahaan untuk secara formal merumuskan vision statement maupun mission statement-nya. Sayangnya, banyak perusahaan memiliki mission statement, tapi tidak mempunyai a sense of mission. Lagi-lagi pernyataan formal itu hanya tinggal propaganda. Mission yang didukung oleh a sense of mission akan menimbulkan sense tentang arah yang menjadi pedoman bagi perilaku karyawan.
Collin dan Porras melalui riset
panjang dan mendalam menemukan bahwa ternyata bukan statement-statement formal
(seberapapun bagusnya) yang menentukan suatu perusahaan menjadi perusahaan
visioner. Dua pakar ini menegaskan bahwa keberhasilan banyak perusahaan besar
di Amerika (beberapa di Jepang) tidaklah disebabkan oleh adanya suatu gagasan
yang hebat, atau adanya pemimpin visioner yang karismatis, atau perencanaan
strategi yang canggih dan kompleks, atau karena handal melawan kompetitor.
Sukses mereka disebabkan oleh dua faktor, yaitu sesuatu yang mendorong
kemajuan dan sesuatu yang mempertahankan nilai-nilai dasar (inti).
Dua faktor ini berada dalam keseimbangan yang saling mengisi (konsep yin-yang
Filsafat Cina). Gagasan ini menggiring kita kepada alternatif visi dan misi: Big
Hairy Audacious Goal!
Setiap organisasi pasti mempunyai
visi,misi dan tujuan. Visi,misi dan tujuan ini akan menentukan arah yang akan
dituju oleh organisasi. Tanpa adanya visi,misi, dan tujuan maka kinerja
organisasi akan berjalan acak dan kurang jelas serta mudah berubah dan
diombang-ambingkan oleh situasi eksternal.
Perubahan yang tidak mempunyai visi,
misi dan tujuan seringkali bertindak spontantitas dan kurang sistematis seperti
yang dilakukan oleh pedagang kecil hanya untuk memperoleh sesuap nasi. Tentunya
hal ini tidak boleh terjadi bagi suatu organisasi bisnis (perusahaan) apalagi
jika perusahaan tersebut boleh dikatakan skala menengah dan atas.
Misi adalah pernyataan tentang apa yang harus dikerjakan oleh
lembaga dalam usahanya
meng-ujud-kan visi. Dalam
operasionalnya orang berpedoman pada pernyataan misi yang merupakan hasil
kompromi intepretasi visi. Misi merupakan sesuatu yang nyata untuk dituju serta
dapat pula memberikan petunjuk garis besar cara pencapaian visi. Tujuan merupakan
penjabaran atau implementasi dari pernyataan misi dan juga merupakan sesuatu
apa yang akan dicapai atau dihasilkan pada kurun waktu tertentu dalam suatu
organisasi / perusahaan. Tujuan juga dirumuskan dalam dua bentuk yaitu tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Perbedaan kedua terletak dalam waktu
pencapaian dan cara penulisannya. Tujuan jangka pendek biasanya lebih spesifik
dibandingkan jangka panjang.
Pengertian tentang visi ialah suatu
pandangan yang jauh tentang; tujuan-tujuan dan apa yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut. Aplikasi konsep visi ini biasanya digunakan pada
konteks individu, lembaga atau organisasi. Orang-orang yang memiliki visi dapat
melihat lebih jauh dari apa yang ada dan apa yang dapat terjadi, dengan memiliki
visi kita akan lebih mampu menggunakan akal pikiran kita untuk mengejar sesuatu
yang baik.
Menuju arah yang benar dan tidak
berfikir secara pragmatis dalam menentukan pilihan atau jalan yang akan
ditempuh, Oleh karena itu kita harus mengetahui terlebih dahulu siapa diri kita
(baik dalam konteks individu, lembaga atau organisasi) dan apa fungsi dan tugas
kita berada saat itu. kita dapat menentukan arah berjalan kita dengan
alasan-alasan yang bisa dipertanggungjawabkan. Visi merupakan pengarah tujuan
yang terbaik dari imajinasi kreatif dan merupakan motivasi utama dari tindakan
utama. Visi adalah kemampuan untuk melihat realitas yang kita alami saat ini,
untuk menciptakan dan menemukan apa yang belum ada, serta menjadikan diri kita
sebagai seseorang yang saat ini belum terwujud
Goals dan objectives sering
diringkas ke dalam suatu pernyataan misi atau penyataan visi. Suatu pernyataan
visi menggambarkan peta ke mana anda ingin berada masa yang akan datang. Dia
menggambarkan bagaimana anda melihat peristiwa-peristiwa dalam 10 atau 20 tahun
akan datang jika segala sesuatu berjalan pasti seperti anda harapkan. Suatu
pernyataan misi dan pernyataan visi adalah sama, kecuali pernyataan misi
tersebut lebih dekat. Dia merinci apa yang anda mau lakukan sekarang untuk mencapai
tujuan anda. Umpamanya pernyataan misi singkat Ford “Kualitas adalah pekerjaan
nomor satu”. Tetapi kebanyakan dari pernyataan misi lebih rinci yang sering
menggambarkan apa yang akan dilakukan, untuk siapa, dan mengapa. Bill Gates
mempunyai misi yang sederhana :” Sebuah personal computer di atas setiap meja,
dan setiap computer menggunakan software Microsoft”.
Menurut hasil penelitian Jones dan
Kahaner (1999) para manajer lebih menyukai pernyataan misi daripada alat apapun
yang lain, karena memungkinkan untuk membuat perbedaan dalam apakah sebuah
perusahaan sukses atau gagal.
Pernyataan misi perusahaan
kadang-kadang disebut pernyataan nilai, kredo, atau prinsip perusahaan sebagai
lampu pembimbimg keuangan perusahaan yang operasional dan etis. Dia bukan moto
atau slogan, dia mengutarakan tujuan, impian, perilaku, budaya, dan strategi
perusahaan melebihi dokumen apapun juga lainnya. Pernyataan misi dengan cepat
dapat memberi tahu bagaimana perusahaan dapat bertindak.
Pernyataan misi bukan hanya konsep
dan falsafah yang dirancang, tetapi gagasan yang dipikirkan secara matang dan
cermat. Dengan demikain pernyataan misi dapat membantu perusahaan mencapai dan
melampaui impian keuangan mereka, memperlakukan karyawan mereka dengan baik,
membebaskan perusahaan dari krisis, dan mermperlihatkan ke luar hal yang benar
untuk dilakukan. Pernyataan misi dapat dibandingkan sebagai peta jalan untuk
jalan raya.
Pada tahun 1980-an menurut hasil
penelitian Jones dan Kahaner (1999:7) banyak perusahaan menulis atau menulis kembali
pernyataan misi mereka dengan adanya rekayasa ulang, perampingan,
restrukturisasi secara mendasar. Mereka memerlukan falasafah baru untuk
mengatasi iklim bisnis yang senantiasa berubah, yang mencakup kesadaran atas
keragaman budaya, pemeberdayaan pekerja, globalisasi, fungsi pelayan
lingkungan, mutu total, kerjasama tim, dan penekanan pada pelanggan. Pernyataan
misi digunakan sebagai alat “menghimpun pasukan”, serta memberlakukan budaya
atau perilaku perusahaan.
Beberapa contoh pernyataan misi
perusahaan, misalnya :
- AT&T : Rasa hormat kepada individu, pengabdian untuk membantu pelanggan, standar integritas tinggi, inovasi, kerjasama tim.
- Boeing – misi jangka panjang, menjadi perusahaan penerbangan ruang angkasa nomor satu di dunia perusahaan industri utama dalam pengertian mutu, kemampuan memperoleh keuntungan, danpertumbuhan.
- AT&T : Rasa hormat kepada individu, pengabdian untuk membantu pelanggan, standar integritas tinggi, inovasi, kerjasama tim.
- Boeing – misi jangka panjang, menjadi perusahaan penerbangan ruang angkasa nomor satu di dunia perusahaan industri utama dalam pengertian mutu, kemampuan memperoleh keuntungan, danpertumbuhan.
Kompetensi inti adalah sesuatu yang organisasi dapat lakukan dengan baik
dan memenuhi tiga kondisi yang dispesifikasikan oleh Hamel & Prahalad
(1990) : menjamin manfaat bagi pelanggan, sukar ditiru oleh
pesaing-pesaing, dapat mengungkit secaras luas banyak produk dan pasar.
Kompetensi inti dapat mengambil beberapa bentuk : pengetahuan teknis,
proses yang handal, berhubungan erat dengan para pelanggan dan pemasok.
Ia juga mencakup pengembangan produk dan budaya organisasi seperti dedikasi
karyawan. Teori bisnis modern menyarankan agar aktivitas-aktivitas yang bukan
bagian dari kompetensi dilakukan dengan outsourcing. Jika suatu
kompetensi inti menghasilkan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan, maka
ini disebut keunggulan bersaing yang berkelanjutan.
Lingkungan organisasi, baik lingkangan luas, lingkungan bersaing, dan
faktor-faktor internal selalu berubah. Perubahan-perubahan tersebut sering
terjadi dengan seketika dan kadang-kadang sukar untuk diramalkan sebelumnya..
Untuk mempertahankan kompetensi inti, bila terjadi perubahan-perubahan
lingkungan, maka pernyataan misi harus disesuaikan dengan perubahan-perubahan
tersebut.
Tetapi, keberhasilan organisasi
sering membuat manajemen atau pemilik perusahaan menjadi buta, sehingga tidak
dapat lagi melihat suatu kebenaran berupa suatu kebutuhan organisasi yang harus
dipenuhi. Disinilah letak mulainya kebangkrutan suatu organisasi baik bisnis,
maupun non bisnis seperti lembaga pendidikan, rumah sakit, dan lain-lain
organisasi.
Memang suatu ironi yang umumnya
terjadi pada organisasi atau perusahaan di Indonesia, kebangkrutan segera
terjadi setelah menikmati suatu keberhasilan sesaat.
Resepnya adalah ikutilah hukum-hukum bisnis yang didasarkan pada teori bisnis; terapkanlah : transformational leadership yang memberikan inspirasi pada karyawan dan melibatkannya dalam penetapan misi; transcedental leadership yang mengandung unsur-unsur spiritual sehingga kalau perusahaan menjadi kaya tidak berubah menjadi kikir (bakhil); dan quite leadership mengajarkan dan memberikan otonomi pada karyawan untuk menjadi inovatif dan kreatif; tinggalkanlah transactional leadership yang mendasarkan pada perintah.ari sifatnya, misi hanyalah merupakan pernyataan sikap, pandangan, dan orientasi yang bersifat umum, bukan target yang dapat diukur. Berkaitan dengan sasaran misi yang hendak dicapai, maka sasaran misi adalah:
Resepnya adalah ikutilah hukum-hukum bisnis yang didasarkan pada teori bisnis; terapkanlah : transformational leadership yang memberikan inspirasi pada karyawan dan melibatkannya dalam penetapan misi; transcedental leadership yang mengandung unsur-unsur spiritual sehingga kalau perusahaan menjadi kaya tidak berubah menjadi kikir (bakhil); dan quite leadership mengajarkan dan memberikan otonomi pada karyawan untuk menjadi inovatif dan kreatif; tinggalkanlah transactional leadership yang mendasarkan pada perintah.ari sifatnya, misi hanyalah merupakan pernyataan sikap, pandangan, dan orientasi yang bersifat umum, bukan target yang dapat diukur. Berkaitan dengan sasaran misi yang hendak dicapai, maka sasaran misi adalah:
- Memastikan kesamaan tujuan dalam organisasi kelembagaan
- Menjadi landasan untuk memotivasi pemanfaatan sumber daya organisasi
- Mengembangkan landasan atau standar untuk pengalokasian sumberdaya organisasi
- Menetapkan warna iklim organisasi.
- Berfungsi sebagai titik fokus bagi mereka yang sepakat dengan tujuan umum dan arah organisasi, serta menghalangi mereka yang tidak sepakat dengan itu agar tidak lagi melibatkan diri dengan kegiatan organisasi.
- Memudahkan penerjemahan sasaran dan tujuan organisasi ke dalam struktur kerja yang mencakup penetapan tugas kepada elemen-elemen yang bertanggung jawab dalam organisasi.
- Menegaskan tujuan organisasi dan perwujudan tujuan-tujuan umum menjadi tujuan yang lebih spesifik sedemikian rupa sehingga parameter, biaya, waktu dan kinerja dapat ditetapkan dan dikendalikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar