Selasa, 08 Mei 2012

Seminar Dan Perubahan

Sering sekali para peserta, pada saat mendengarkan seminar, sangat bersemangat dan ingin segera kembali dan mengikuti saran-saran yang diberikan dan merubah cara bisnisnya, merubah pola pikir, dan mangambil keputusan tindakan untuk berubah dan menjadi lebih baik. Hampir semua orang menginginkan melakukan perubahan, tetapi sangat sedikit sekali yang benar-benar berhasil berubah.
Perubahan adalah hal yang sangat sulit, karena banyaknya hambatan untuk berubah. Sering sebuah kenyamanan yang ada (comfort zone), pola pikir yang tidak mau maju (fixed mindset), ketakutan akan kegagalan (fear of failure), hambantan-hambatan pelaksanaan (obstacles for action), ketidak pahaman secara menyeluruh (uncomplete undertsanding), membuat kita malas untuk berubah. Mencoba pun tidak mau, apalagi berupaya melaksanakan, lalu bagaimana mungkin berhasil berubah.
Bilamana kita telah yakin dan mau akan berubahpun masih ada 2 hal lagi yang mengganggu pelaksanaan perubahan: “pengorbanan dan resiko”. Kita harus bersedia berkurban untuk berubah. Berolahraga lebih keras dan mengurangi makanan, bila ingin dietnya berhasil. Disiplin membaca buku dan belajar kalau mau berpengetahuan lebih.
Networking dengan orang-orang baru untuk melebarkan jaringan persahabatan kita. Semua hal ini membutuhkan pengorbanan.
Persentasi kegagalan dalam berubah juga sangatlah tinggi. Ketidakpastian akan dapat menjadi kurus walau teleh berolahraga dan mengurangi makan, membuat orang malas dan setengah2 melakukannya. Resiko kegagalan yang  tinggi, resiko diejek teman, resiko finansial, serta bermacam resiko lainnya membuat kita malas berubah.
Lalu mengapa ada yang mau, dan berhasil berubah?
Ada 2 alasan penting, yang pertama adalah karena terjepit terpaksa oleh keadaan (the power of kepepet), kata teman-teman. Harus berubah atau bangkrut, berani mengambil langkah atau hancur. Ini yang umum dan biasanya mampu membuat orang mau tidak mau harus mati2an melaksanakan perubahan itu. Karena tanpa perubahan akan “mati”lah dia.
Alasan kedua adalah mampunya mengidentifikasi “reward”, atau keuntungan bila kita bisa berubah. Keuntungan perubahan, dapat berupa pemenuhan kebutuhan hidup, pendapatan finansial, keamanan, kenyamanan, persahabatan, hubungan baik, kesejahteraan keluarga, bahkan nasib baik. Kesadaran dan keinginan untuk mencapai inilah yang harus digali untuk dijadikan landasan pendongkrak kemauan berubah.
Perubahan bukan berarti kita tidak takut pada resiko, tetapi pemahaman akan adanya resiko dan pengurbanan yang harus dilakukan, dan tetap melakukannya dan berupaya untuk berhasil.
Sebenarnya seminar mempunyai 3 elemen tujuan: membuat orang mampu akan suatu keahlian (how to…), membuat orang merubah pandangan hidupnya (changing the perspective), atau menginspirasi memotivasi memberi inspirasi (motivation). Dan tujuan akhir sebuah seminar adalah “perubahan” pada pendengarnya untuk menjadi lebih baik, menjadi lebih sukses.
Kata Benyamin Zandler, hasil dari sebuah presentasi dapat dilihat dari berapa banyak pasang mata yang bersinar-sinar (shining eyes) pada akhir acara? Bahkan Zandler mengatakan: “ Buat saya sukses bukan kekayaan, kekuasaan, atau keterkenalan, sukses adalah bilamana saya mampu selalu membuat orang-orang disekeliling saya memandang dengan mata berbinar binar.”
Saya setuju bahwa yang paling utama adalah memberikan inspirasi pada orang lain untuk mau berubah, dengan harapan akan ada hasil akhir dimana peserta akan mampu berubah menjadi orang yang lebih sukses dan bahagia.
Salam.
www.kikasyafii.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar